Grand Final Putra Putri Solo 2023
Bentuk Karakter Unggul, Peserta Putra-Putri Solo 2023 Jalani Karantina
SOLO – Sebelum memasuki gelaran puncaknya, para peserta “Putra-Putri Solo 2023” mesti menjalani masa karantina terlebih dahulu. Selama masa itu, mereka digodok menjadi pribadi yang unggul. Tujuannya agar ajang ini nantinya benar-benar bisa melahirkan agen perubahan yang bakal membawa kotanya melompat semakin maju.
Masa karantina telah berlangsung sejak 28 Juli 2023 dan akan berakhir 14 Agustus 2023 nanti. Lokasi pelaksanaannya di berbagai tempat ikonik “Kota Bengawan” seperti Keraton Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran, Solo Technopark, dan lain-lain. Pada masa karantina, para peserta sekaligus diberi pembekalan materi mengenai sejumlah isu penting yang kelak bakal mereka kampanyekan.
“Pembekalan dan karantina ini bertujuan untuk membentuk karakter dan kekompakan dari para finalis. Karena, ke depannya, kami ingin mereka tidak sekadar berkompetisi menjadi yang terbaik. Mereka adalah anak-anak muda representasi Kota Solo yang harus menjadi agent of change,” kata Project Leader Putra-Putri Solo 2023, GRAy Putri Purnaningrum, di Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (7/8/2023).
Keseriusan penyelenggara cukup kuat untuk melahirkan anak-anak muda agen perubahan lewat ajang ini. Kuatnya keinginan itu ditunjukkan dengan syarat pendaftaran yang harus menyertakan ide atau gagasan pergerakan perihal berbagai isu penting yang mereka kuasai. Ide-ide itu terbagi ke dalam sejumlah tema seperti pendidikan, UMKM, lingkungan, pariwisata dan budaya.
Namun, ide-ide tak berhenti dipaparkan ketika pendaftaran. Para peserta diajak untuk membahas lagi gagasan mereka agar bisa diwujudkan menjadi gerakan nyata selama masa karantina. Upaya itu merupakan cara membuat ajang ini dapat memiliki dampak yang lebih nyata bagi masyarakat.
“Ini untuk menunjukkan ke segenap masyarakat. Putra-Putri Solo 2023 adalah anak-anak muda yang ‘wani cincing’ untuk mengajak muda-mudi Solo bergerak positif dan membanggakan Kota Solo melalui berbagai bidang, terutama pariwisata,” kata GRAy Putri. (*)
“Putra-Putri Solo 2023” Mencari Duta Wisata Berkarakter Luhur
SOLO – Ajang tahunan “Putra-Putri Solo” hadir kembali tahun ini. Diharapkan, gelaran ini mampu memunculkan generasi penerus duta wisata yang berkarakter luhur. Tidak sekadar cakap mempromosikan gairah pariwisata daerah, tetapi juga mampu menjalankan adab yang termuat dalam kebudayaan masyarakat.
Kegiatan itu bakal diikuti oleh 10 pasang muda-mudi asal Kota Solo, Jawa Tengah. Menurut rencana, malam puncak penganugerahannya bakal diadakan, di Taman Lingkar Lokananta, pada 15 Agustus 2023. Puncak acara berupa serah terima mahkota dari Putra-Putri Solo 2022 kepada Putra-Putri Solo 2023.
Pemenang dalam ajang tersebut sekaligus bakal menjadi “Duta Wisata” bagi Kota Solo. Mereka nantinya akan ikut mempromosikan berbagai destinasi unggulan yang terus dibangun Pemerintah Kota Solo dalam beberapa tahun terakhir. Tentunya, upaya itu bakal diselaraskan dengan program-program yang mereka buat selama masa karantina.
“Hendaknya gaung Kota Solo bisa terdengar sampai mancanegara lewat gerakan-gerakan yang mereka create. Ini semoga bisa menjadi gayung bersambut dengan proyek pariwisata yang dibangun pemerintah,” kata Project Leader Putra-Putri Solo 2023 GRAy Putri Purnaningrum, di Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (7/8/2023).
Tahun ini, penyelenggara mengusung tema “Amemangun Luhuring Budi”, yang dapat diartikan keinginan membangun budi yang luhur. Oleh karenanya, para peserta diajak mempelajari sifat-sifat keluhuran seperti satria, kaweruh, subasita, tata krama, dan unggah-ungguh sebagaimana termuat dalam nilai-nilai kebudayaan Jawa.
Sifat-sifat luhur itu juga terkandung dalam karakter wayang yang diusung sebagai simbol gelaran ini, yaitu Begawan Abiyasa. Sosok itu digambarkan mampu menjadi jembatan bagi dua pihak berseberangan seperti Kurawa dan Pandawa dalam cerita pewayangan Mahabarata. Karakter semacam itu hendaknya kelak dimiliki pemenang dari ajang ini.
“Kami ingin mengingatkan anak muda Solo. Tak cukup menjadi orang pintar, smart, dan berpengetahuan luas jika tidak punya subasita dan tatakrama. Ini menegaskan istilah, adab itu lebih dulu dari ilmu. Karena, menjadi priya luhur itu harus punya sopan santun kepada siapa pun,” GRAy Putri. (*)